Angin
menyisiri pagi
Cahaya
surya memancari bumi
Riuh
gemriuh mulai menggema di Banjarsari
Di awal sampai akhir hari
Dari ufuk paksina sampai daksina
Di sinilah kami
Berdiri sendiri
Tak ada yang menemani
Diantara
hiruk-pikuk Banjarsari
Diawal
sambatan mentari
Berdirilah
kami
Penjaga
warisan negeri
Warisan negeri yang telah pupus
Di serbu angin yang menghembus
Tertinggal diantara zaman
Tertinggal dengan gemerlapnya dunia
peradaban
Dari
cacahan nangka muda
Terciptalah
bukir sejarah negeri
Semua
itu tercipta sepi
Dari
lelono
Menjadi
majnan, maghnon
Dan
terciptalah megono
Semua itu musnah
Tertinggal oleh waktu
Semua
itu bagaikan lagu
Hanya
sebentar kemudian berlalu
Semua itu kian musnah
Hari demi hari
Hanya meninggalkan pilu
Di hati
Kini
megono hampir punah
Kini
megono hampir musnah
Kami
hanya generasi penerus negeri.
Megono bagaikan mentari
Hanya muncul pergi
Tanpa arti
Bagi manusia tak berhati
Hamburger,
pizza, hotdog, kebab, steak, fried chicken
Semua
tak berhenti
Menjelajahi
negeri
“Nak inilah megono sebagai jati diri
Ranah Pekalongan ini
Nak ingatlah semua ini
Hanya tercipta dari megono
Kau
ingin tahu mengapa
Megono
perlu dijaga?
Megono berdasrakan cacahan nangka
muda
Melambngkan para generasi muda
Generasi muda yang serba bisa
Seperti buah nangka
Kau
ingin tahu mengapa nangka itu harus dicacah?
Karena
generasi muda yang berbudi luhur harus berjumlah banyak
Karena
generasi muda
Harus
mempunyai budi pekerti luhur yang melimpah
Kau ingin tahu mengapa cacahan itu
dicampur kelapa?
Karena generasi muda harus
Tahan akan godaan dan teguh
pendirian
Seperti pohon kelapa
Sejarah
ini tak akan terjadi
Tanpa
megono ini
Kau ingin tahu ?
Seluruh kota ini tak berarti
Tanpa megono
Megono merupakan jati diri kita
Megono ini adalah simbol kejayaan
Pekalongan
Megono ini merupakan arti dari setiap
nafas Pekalongan
Kita hanya bisa menyimpan nestapa
Menatap penerus negeri
Kini
telah berdiri
Tiada
arti.
Catatan
Kaki :
- Paksina : Utara
- Daksina : Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar